Siswa SMA merupakan individu yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohaninya, sehingga memiliki sifat yang unik. Dalam hai ini dapat dilihat dari perkembangan dan pertumbuhan fisik maupun psikologis yang berkembang secara cepat dan mencolok. Masa SMA identik dengan masa remaja yang mengambil peranan dalam perkembangan kehidupan sejarah umat manusia Menurut Samsunuwiyati (2009:190), batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Masih menurut Samsunuwiyati (2009:198), remaja adalah masa dimana peningkatan pengambilan keputusan, dalam hal ini mulai mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan, keputusan dalam memilih teman, keputusan tentang apakah akan melanjutkan kuliah setelah tamat SMA atau mencari kerja, keputusan untuk mengikuti les bahasa inggris atau komputer, dan seterusnya. Remaja merupakan individu yang dalam masa transisi pertumbuhan baik fisik maupun emosionalnya yang dimana masa remaja adalah masa mencari identitas diri, kebebasan, kesenangan, rasa ingin tahu yang tinggi, berbuat sesuka hati. Hal tersebut harus diperhatikan oleh orangtua di rumah, guru disekolah, maupun individu tersebut di masyarakat agar tidak terjadi penyimpang dalam hal negatif. Perilaku remaja yang menyimpang disebabkan ingin diakui lingkungannya bahwa remaja mempunyai jati diri yang bisa ditunjukkan baik dengan kegiatan yang positif ataupun negatif. Perilaku remaja tersebut terpengaruh oleh adanya perubahan psikis. Dalam proses pembelajaran jasmani tanpa adanya siswa maka proses pembelajaran tidak akan terjadi. Siswa merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu pembelajaran tersebut berjalan
dengan sukses atau pembelajaran tersebut
gagal. Siswa yang
mempunyai motivasi tinggi terhadap pendidikan jasmani akan
membantu kelancaran dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Sebaliknya
siswa
yang
mempunyai
motifasi
rendah
terhadap
pendidikan jasmani maka akan menghambat dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani. Perubahan fisik yang mencolok dari remaja juga
membawa konsekuensi ketidakstabilan emosionalnya sehingga dapat
berpengaruh pula terhadap kegiatan atau aktivitas fisiknya, dalam hal
ini terutama pada saat mengikuti proses pembelajaran Pendidikan
jasmani di sekolah.